Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.. Beberapa hari lalu saya dapat kabar wafatnya ayah sahabat saya, Hani Noor Illahi. Hani ini anak aQustic pertama yang menikah. Usianya terpaut beberapa hari lebih muda dari saya, namun sekarang ia telah menjadi seorang ibu. Ibu dari fathan, jagoan kecil sholeh lucu yang ada di foto samping kiri. Hani is one of the strongest girl in class. Dan mungkin kejadian ini, semakin membuktikan kekuatannya. It shows how Allah wants her to be even stronger.
Di bawah ini ada note yang hani tulis tentang ayah –atau abi—tercintanya. Sungguh saya ingin sekali membaginya di sini. Karena bagi saya, note ini penuh hikmah. Link: http://www.facebook.com/notes/hani-noor-ilahi/episode-cinta-untukmu-abi/452558414018
Pancaran kebaikan beliau tidak hanya ada ketika beliau (Ust. Tajuddin Noor) masih hidup. Karena bahkan setelah wafatnya pun, banyak hikmah dan kebaikan yang berpancar.. Bahkan bagi saya, yang hanya berkesempatan satu kali bertemu dengan beliau. Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa’fuanhu, amiin..
Lantas seberapa seringkah saya berpikir akan kematian? Sesuatu, yang saya tahu pasti akan terjadi cepat atau lambat. Atau, benarkah saya sejatinya percaya akan adanya kematian? Ketika saya terus melakukan khilaf, salah, dosa, lalai, lagi dan lagi, seakan saya akan hidup untuk waktu yang cukup lama untuk menghapusnya, menggantinya dengan amalan. Astaghfirullah..
Apakah nanti ketika waktu itu tiba, senyum jua yang akan terukir di wajah saya? Ketika dosa ini berlumur mengubur saya hidup-hidup. Seakan akan menarik keimanan saya perlahan. Naudzubillah.. Astaghfirullah ya Allah..
Ya Allah, matikanlah kami dalam keadaan husnul khatimah. Matikanlah kami ketika iman kami berada dalam orbitnya yang tertinggi. Matikanlah kami dalam sebaik-baiknya kematian, ya Rabb. Allahummaghfirlii wa liwalidayya warhamhuma kama rabbayani saghira. Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina azabannar. Allahumma amiin..
Lantas seberapa seringkah saya berpikir akan kematian? Sesuatu, yang saya tahu pasti akan terjadi cepat atau lambat. Atau, benarkah saya sejatinya percaya akan adanya kematian? Ketika saya terus melakukan khilaf, salah, dosa, lalai, lagi dan lagi, seakan saya akan hidup untuk waktu yang cukup lama untuk menghapusnya, menggantinya dengan amalan. Astaghfirullah..
Apakah nanti ketika waktu itu tiba, senyum jua yang akan terukir di wajah saya? Ketika dosa ini berlumur mengubur saya hidup-hidup. Seakan akan menarik keimanan saya perlahan. Naudzubillah.. Astaghfirullah ya Allah..
Ya Allah, matikanlah kami dalam keadaan husnul khatimah. Matikanlah kami ketika iman kami berada dalam orbitnya yang tertinggi. Matikanlah kami dalam sebaik-baiknya kematian, ya Rabb. Allahummaghfirlii wa liwalidayya warhamhuma kama rabbayani saghira. Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina azabannar. Allahumma amiin..
1 komentar:
Subhanallah
bener2 terharu T.T
Posting Komentar