Pages

Sabtu, 08 Maret 2008

R:-3 L:-2.25

Bismillahirrahmanirrahim.

In the name of Allah; the most gracious, the most merciful.

Ya. R:-3, L:-2.25..

Poin minus baru saya, dengan standard deviasi 0.5.. Jelas saya tak percaya. Kacamata saya sekarang hanya R:-0.75 L:-1.00. Sebandel-bandelnya saya yang sangat jarang memakainya, jarang pula minum jus wortel, dan seringkali membaca buku sambil tiduran, tapi tetap saja. 3? 2.25? No way.

Padahal pemeriksaan itu saya lakukan di MedExpo, salah satu acara rangkaian Dies Natalis FK UGM dan RSUP dr.Sardjito, dengan alat canggih luar biasa (lebai), tidak seperti di optik-optik biasa yang memeriksa minus dengan ganti-ganti lensa.. Apa yang sebenarnya terjadi?

Tapi yasudahlah.. Misteri itu kita lupakan saja. Toh dengan kacamata yang sekarang saya masih bisa membaca slide lecture dengan jelas.. Teknologi bisa juga salah, bukan? Wahaha. Apalagi, kemarin waktu tes gula darah juga hasilnya alhamdulillah masih normal. Tes tekanan bola mata juga normal... Sayang, saya tidak sempat coba tes tingkat ke-stress-an

Tahun depan, datanglah ke MedExpo FK UGM! Walaupun slogannya jijay membosankan "pameran ilmiah kedokteran" tapi ternyata banyak hal gratis yang bisa kita dapatkan di sana... hehe

Selasa, 04 Maret 2008

Mengapa Saya Harus Bertahan

Bismillahirrahmaanirrahim.

In the name of Allah; the most gracious, the most merciful.

Mengapa saya harus bertahan.

Banyak alasan bagi seorang pemalas yang pragmatis seperti saya untuk keluar dari sini, dari FK. Sungguh begitu banyak. Tapi mencatatnya, hanya akan menambah derajat kemalasan saya. Mencatatnya, hanya akan semakin mendorong saya keluar, jatuh terperosok dalam.

Karenanya, saya akan mencoba mencatat alasan mengapa saya harus bertahan di sini, di FK.

Maka, mengapa saya harus bertahan?

1. Karena inilah yang Allah pilihkan untuk saya.

Karena masuk FK UGM lewat Ujian Tulis adalah yang dipilihkan Allah untuk saya. Pilihan, yang pasti terbaik. Pasti terbaik. Saya teringat, sms balasan itu. Sms itu hadir, setelah saya shalat, berdoa; jelas-jelas meminta agar Allah memberi, seperti orang yang tidak tau diri; tapi di akhir doa, tetap memasrahkan semua pada-Nya. Karena saya yakin, toh bila tak diterimapun, orangtua saya tetap bahagia. Karena saya juga sudah pernah mengalami penolakan sebelumnya, dua kali malah. Pun saya tak diterima, pasti saya tak sendirian. Jika pun saya tak diterima, masih ada SPMB. Dan jutaan tameng kecewa hasil logika manusia lainnya.

Saya ingat, kala itu saya tidak punya pulsa. Maka saya sms lewat hp mama. Awalnya saya berharap, balasan itu akan lama datangnya, karena jaringan sibuk. Tapi ternyata tidak. Balasan itu datang begitu cepat. Balasan itu berbunyi “Selamat, 1700500135, ANINDYA KZ, diterima di Pendidikan Dokter UGM, Regstr Tgl 28/6/2007 di GrhaSabhaPramana UGM . SPMA:UM SPMA [No_Pest].”

Betapa bahagia dan bersyukurnya saya kala itu. Tapi syukur itu, dinodai euphoria-euphoria yang tak seharusnya ada. Bahwa akhirnya saya bisa ngurusin film angkatan, bahwa saya tidak perlu lagi les, bahwa saya sudah ‘aman’, bahwa nama saya akan digemakan di perpisahan, dan bahwa-bahwa lainnya. Picik, dangkal, tak bermutu.

Ketika hari pengumuman SPMB, dag-dig-dugnya saya malah menggila. Tidak, saya tidak ikut SPMB. Tapi begitu banyak teman-teman saya yang ikut. Yang berharap-harap cemas hari itu, atas semua usaha giat mereka, atas doa-doa di sepertiga malam terakhir mereka, atas harapan dan cita mereka. Dan hasilnya pun sampai ke saya.

Begitu banyak syukur, tapi juga ada heran, tanya, dan sedih karena jawaban ‘belum’ dari-Nya kepada beberapa teman baik saya. Di balik heran, tanya, dan sedih itu, menyeruak syukur tanpa euphoria, yang seharusnya tercipta dua bulan yang lalu. Ya, betapa hati ini harus bersyukur. Karena Dia, telah memberikan ketenangan pada saya, juga mama, sebelum semuanya. Sebelum SPMB. Karena Dia, telah percaya pada saya, untuk dapat FK, untuk jadi dokter.

Bukan saya senang atas sedihnya teman-teman saya. Bukan. Sungguh. Saya sedih atas teman-teman saya yang belum dapat SPMB. Karena saya tau usaha-usaha mereka, saya tau kuat dan jelasnya cita mereka, saya tau betapa berkualitasnya mereka. Sungguh saya sedih dan bertanya-tanya, “mengapa ya Allah?” ..Tapi pantaskah? Pantaskah saya sedih dan bertanya-tanya atas keputusan dari-Nya? Seakan tidak ikhlas akan keputusan-Nya, yang pasti selalu terbaik. Selalu terbaik. Karena Dia yang menjadikan saya dan teman-teman saya ada, membuat kami memiliki cita-cita, mengizinkan kami mendapat sesuap ilmu-Nya yang luas lagi banyak.

Jadi, mengapa saya harus bertahan? Hehe.. balik lagi ke sana. Ternyata satu-satunya alasan adalah karena inilah yang Allah pilihkan untuk saya, dan saya (harus) sangat bersyukur dengan pilihan itu. Tiada alasan yang lain. Karena toh, mama saya tidak masalah (baca:menyuruh) saya ikut SPMB lagi tahun ini.. Personal interest saya pun sepertinya masih bisa diatur untuk mencintai bidang lain (yaaah.. mungkin tidak untuk kalkulus). Tapi agaknya, saya memang harus bertahan di sini. Karena sungguh, laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha. Dan Allah gak pernah boong.

Buat temen-temen yang akan USM ITB, UM UGM, UM-UM yang lain, ataupun SPMB tahun ini.. Semoga Allah memberi kelapangan dan kekuatan, kemudahan yang banyak, juga kesehatan yang melindungi. Semoga Allah membarakan semangat kalian, merahmati usaha kalian, dan memeluk mimpi serta cita kalian. Dan menjadi apapun kita nanti, semoga Allah memberkahi langkah-langkah kita, menuju kebaikan. Amiin…

Odei Anak

Bismillahirrahmaanirrahim.

In the name of Allah; the most gracious, the most merciful.

Namun kelahiranmu adalah penghibur hati

Dibelai dan dimanja setiap hari

Di malam hari tidur tak berwaktu

Tapi tak mengapa kerana kau disayangi

(Raihan, Odei Anak)

Mungkin posting saya kali ini akan membuat Anda berkomentar “super-duper-ga-kreatif” atau “asli-jiplak-plak” atau “ketik-ulang-aja-semua” atau apalah… Yah, memang begitulah adanya. Hahaa.. Saya terima semua komentar itu dengan senang hati. Toh posting ini ditulis bukan untuk apa-apa, saya hanya ingin membagi kebahagiaan yang saya rasa ketika membaca kebaikan-kebaikan ini. Dan semoga bahagia itu juga tercipta di hati Anda.. Dan menambah sayang Anda pada orangtua. Semoga.

Dari buku Agar Bidadari Cemburu Padamu. Judul menarik, buku yang baik. Saya mengetik ulang penggalan kalimat-kalimat Salim A. Fillah, penulis buku dengan judul cantik tersebut, tentang cinta pada orangtua.

Allah mengaruniakan kita kepada mereka. Sebagai tawa di saat susah, senyum di waktu sedih, harapan di atas kecewa, ramai di saat sepi, cair di tengah kekakuan, dan canda di tengah ketegangan. Tapi juga, kita adalah tangis di suatu kala, yang sebenarnya tak pernah kita inginkan.

Allah mewasiatkan orangtua kepada kita. Bukan untuk dibayar segala jasanya dengan harga. Siapa engkau bisa menghitungnya? Dan siapa pula engkau mengaku-aku bisa mengganti semuanya? Bukan itu. Tidak pernah akan. Ada harga lain yang mungkin tetap tak cukup. Tapi ia adalah nilai yang melampui harga kelima huruf penyusunnya: cinta.

Allah ingin cinta hadir dalam wajah kita setiap bertemu mereka. Allah mau agar cinta hadir di tangan kita yang lembut memapah mereka. Allah suka jika cinta hadir dalam tiap huruf di lisan, tiap nafas di paru, tiap gerak di otot, dan tiap getar di hati. Ridha Allah, ada pada ridha orangtua.


Kali ini dari buku Nutrisi Jiwa oleh Forum Komunikasi Dakwah Fakultas Universitas Padjadjaran. Semacam buku pre-mentoring begitulah. Keren sekali mereka bisa membuat buku seperti ini. Dan disana juga ada kata-kata manis tentang cinta dan orangtua…

Mencium,

Mendengar,

Melihat,

Merasa,

Dan Mengukur Cinta.

Disana tercium, bahwa cinta adalah wewangi…

Tak peduli betapa banyak feses yang dikeluarkan, cairan kotor yang membasahi pakaian, atau nyengat minyak kayu putih yang memualkan.

Namun bagi pecinta sejati wanginya sama, semerbak, yang makin membuncah cinta.


Disana terdengar, bahwa cinta adalah nada terindah…

Tak peduli berapa sering suara tangis membangunkan tidur lelap, teriak marah untuk nasihat sayang yang diberikan, atau keluhan malas atas permintaan tolong yang diharapkan.

Namun bagi pecinta sejati nadanya sama, mendayu. Yang semakin menebar cinta.


Disana terlihat, bahwa cinta adalah penampakan terindah…

Tak peduli berapa sering wajah masam ditampakkan, mata sinis ditunjukkan, atau senyum tak puas dipaparkan.

Namun bagi pecinta sejati penampakannya sama, mempesona yang makin menggelorakan cinta.


Disana terasa, bahwa cinta adalah getaran terindah…

Tak peduli berapa sering cacian dialamatkan, doa tak pernah dilantunkan, atau hati yang luput merindu.

Namun bagi pecinta sejati getarnya sama, mengguncang. Yang makin menghangatkan cinta.


Disana terukur, bahwa cinta adalah penantian terindah…

Tak peduli betapa sering terlambat pulang, menunda dengan dalih lupa, atau janji yang terus diingkari.

Namun bagi pecinta sejati penantiannya sama, hanyalah mengulum yang makin melekatkan cinta.


..Merasa tersindir seperti saya kah?

Huhu.. ingin sekali rasanya mengulang kembali ke masa-masa itu, menghapus tiap teriak, keluh, masam, dan janji yang teringkar. Allah… Betapa berdosanya saya.

Jika mereka masih ada, sms mereka, telepon mereka, cintai mereka, doakan mereka, dan persahabati mereka sesering dan seindah mungkin. Atas segala keindahan yang telah mereka persembahkan, semoga kita bisa menjadi tawa di saat susah mereka, senyum di waktu sedih mereka, dan harapan di atas kecewa mereka.. Amiin. Namun jika mereka sudah tiada, menjadi anak sholeh mungkin adalah satu-satunya cara membahagiakan mereka, membuktikan cinta pada mereka. Karena doa anak sholeh lah yang akan sampai ke sana, menentramkan, membahagiakan.

Rabbighfirlii waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghiraa. Amiin…