Pages

Rabu, 28 November 2007

es - i - a - el

Bismillahirrahmaanirrahiim.

In the name of Allah; the most gracious, the most merciful.

Percayakah anda akan kesialan? Jika saya ditanya demikian kemarin, maka akan saya jawab, I do believe. Ya, saya percaya adanya kesialan. Saya sangat percaya. Karena sabtu-senin-selasa lalu, saya merasa benar-benar sial. Hari Sabtu, helm saya hilang di parkiran Gedung Radiopoetro (gedung terbesar di fakultas saya). Hilang, alias diambil orang. Padahal saya hari itu hanya ada satu praktikum; biokim. Setelah mencicipi makan di kantin fakultas sebelah (farmasi), saya pun beranjak pulang. Sampai di parkiran, betapa tercengangnya saya, helm itu hilang. Dan ternyata benar-benar hilang, alias diambil orang. Sedih, kesal, jengkel jadi satu. Tapi ya sudahlah. Hari senin, saya menyadari bahwa gas motor saya “nyangkut”, saya tidak tahu apa istilah yang lebih baik untuk ini. Tapi yang jelas, saya tahu ini bahaya. Karena pernah mengalaminya sewaktu SMA. Namun, tidak mengulangi kesalahan saya yang ternyata menimbulkan banyak kesalahpahaman waktu itu, saya membawa motor itu sendiri, ke bengkel resmi Suzuki yang ada tepat di ringroad utara. Jadwal senin itu adalah lecture 07.00-08.00 kemudian tutorial 11.00-13.00. Dan dengan perencanaan yang matang, saya akan menservis motor itu pada jeda jadwal selama 3 jam tersebut. Jadilah saya membawa (baca: menaiki) motor tersebut, dengan helm seadanya (punya orang lain, cacat, tanpa cover pelindung, dan benar-benar seadanya). Keluar dari pintu selatan FK. Terus.. melwati teknik.. terus.. hingga lampu merah selokan mataram. Dari sini saya akan belok kiri, maka saya tempatkan motor saya agak-agak pinggir. Lampu berubah menjadi hijau, masukkan gigi, dan ting tong.. motor saya mati seketika. Panik, karena menghalangi jalan *tapi untungnya agak dipinggir*. Panik, karena di seberang kanan jalan ada pos polisi. Panik, karena motor saya tak kunjung menyala. Tambah panik, karena saya memakai helm tanpa cover, hingga semua orang bisa melihat wajah saya yang panik. Lampu merah berubah merah-kuning-hijau hingga dua kali. Tapi tak ada seorang pun yang mencoba membantu perempuan berjilbab dengan helm kurang memadai dan memakai rok yang lagi dan lagi mencoba menyalakan motornya. Hingga satpam gedung MM pun keluar, offering for help. Betapa saya berterimakasih. Dan ternyataaa… Bensin saya habis. Betapa saya malu. Akhirnya saya membawa (baca: mendorong) motor saya belok kiri jalan, hingga ujung gedung MM, menuju tukang jual bensin yang ada di seberang kirinya. Dan ya, saya mendorong, sekali lagi saya, perempuan dengan helm kurang memadai itu, mendorong motor itu di jalan kaliurang yang ramai. Sesampainya di tukang bensin, masih ada kesialan yang terjadi, tapi tak usah saya ceritakan, terlalu rumit untuk ditulis. Tetapi, intinya, motor dengan plat B 6985 EAL itu tak kunjung menyala walau sudah diberi bensin seharga 5 ribu rupiah sebotol. Panik, saya pun membeli pulsa, untuk menelepon kakak saya dan teman-teman saya. Tapi tak ada yang mengangkat. I’m asking (read: crying) for help that time. Sungguh, saya ingin menangis. Sayangnya helm saya kurang memadai (makna: gengsi). Padahal hp saya menunjukkan hampir jam setengah sepuluh. Uh oh.. saya belum belajar untuk tutorial yang tinggal satu setengah jam lagi. Saya coba lagi dan lagi menyalakannya. Tidak berhasil. Mas-mas jual pulsa pun akhirnya tergerak untuk bertanya; kenapa mbak? Dan kemudian mencoba menyalakan motor saya. Tetap, not works. Apa yang salah?? Panik bercampur sedih yang makin menjadi. Mata saya basah. Akhirnya saya nekat menyewa mobil pick-up jasa angkut barang yang banyak nge-tem di jalan kaliurang. Untuk mengangkut motor ajaib itu dari selokan mataram sampai ringroad utara (jarak yang dekat untuk standar mobil, fyi) saya harus membayar 25rb. Bodo amat. Saya hanya ingin motor ini kembali sehat. Tapi sampai di Suzuki, saya merasa bodoh. Gile, ini mah deket banget.. 25rb di jogja tuh kebanyakan buat ginian. Ah. Dodolnya… Dan mas rahmat (montir yang sudah amat akrab dengan motor saya) bertanya; kenapa mbak, macet lagi? Saya menjawab; iya nih mas, ga bisa nyala, makanya pake gituan *mobil jasa angkut*. Dia malah berkata, yah mbak.. kenapa ngga telpon ke sini aja, nanti kita jemput. Jedeng…… Sangat sangat menyesal tidak menyimpan hotline Suzuki di phonebook hp.. Dan dengan beberapa kali engkol, motor itu menyala di kakinya. Nih, udah bener, katanya. Hati saya berteriak (hiperbol) Yah, rugi banget kalo pake mobil angkut ke sini cuma buat engkol 3 kali. Akhirnya saya meminta dia merenovasi (baca: servis) motor saya besar-besaran. Saya sudah cukup dengan pengalaman hari itu, jangan sampai terulang. Dan sorenya, motor saya sangat sehat dan lebih enak dipakai. Tapi saya harus membayar 111.000, angka yang sangat besar untukanak kos di jogja. Dan dalam perjalanan pulang saya nyasar, hingga harus sedikit (sebenarnya banyak) memutar. Tapi yang penting motor saya telah sehat, saya sudah bersyukur dan bahagia.

Keesokan harinya, hari selasa. Jadwal hari itu adalah skills lab 08.00-10.00 dan lecture 11.00-12.00. Skills lab berjalan amat menyenangkan dan selesai lebih awal; 09.30. Saya pun nekat pulang, untuk mencuci jas lab yang harus dipakai hari rabu untuk biokim, ya dalam jeda satu setengah jam. Proses mencuci tidak ada masalah. Yang bermasalah ternyata terjadi sewaktu saya tiba di kampus. Motor saya kembali mati. Oh oh.. akhirnya saya dorong ke tempat parkir terdekat. Saya tak peduli karena lecture sebentar lagi dimulai, dan itu di lantai 4. Setelah lecture, saya cek motor saya, ternyata bensinnya kembali habis. Menertawakan diri sendiri karena jatuh di lubang yang sama, membeli bensin, pinjam corong, isi bensin, kemudian mengembalikan corong dan botolnya. Selesai sudah. Saya pun aai (sejenis mentoring yang ada di UGM) dari jam 14.30-17.15. Selesai, beranjak pulang. Menyalakan motor, tidak berhasil dengan starter. Mencoba dengan engkol, kembali gagal. Berulang kali. Pak satpam lewat, saya minta tolong. Tapi ia pun tidak berhasil menyalakannya. Oh no. Ini positif, kejadian kemarin terulang. Motor saya pun diotak-atik bapak-bapak satpam. Banyak orang lewat, banyak orang melihat. Tetap tidak menyala, benar-benar motor ajaib. Mencoba menelepon Suzuki berkali-kali, tidak diangkat, tampaknya sudah tutup. Saya kembali ingin menangis, malah ingat rumah, ingat mama, ingat kondisi-kondisi kenyamanan saya.. Dan saat itu sudah maghrib, saya ingin pulang. Saya juga tidak tega melihat motor saya diotak-atik seperti itu. Beberapa saat kemudian, semua menyerah. Saya tinggal motor saya di kampus dan pulang, dibonceng kakak saya. Kami mampir untuk membeli makan dan jus. Dan di situ, saya benar-benar ingin menangis, sungguh. Saya ingin menangisi kesialan saya. Mata saya basah. Saya rindu kenyamanan saya. Tapi kemudian, saya melihat keadaan di sekitar saya. Di tempat saya beli makan itu, keadaannya tidak begitu baik. Saya melihat blender-nya yang sudah rusak dan diakali sedemikian rupa supaya tetap berfungsi. Saya sadar. Saya tidak sial, dan tidak pernah sial. Sungguh, saya begitu beruntung, punya motor, bisa kuliah, bisa beli jus setiap hari, dan blender saya di rumah (di Depok) insya Allah masih berfungsi baik hingga kini, tanpa diakali. Betapa seharusnya saya bersyukur dengan segala yang saya miliki dan yang sedang saya alami. Sungguh, Allah begitu sayang pada saya, dan Dia hanya ingin memberi pelajaran dan pengalaman, sedikit menguji kesabaran saya. Hanya sedikit diuji, tapi saya sudah merasa orang paling sial sedunia. Padahal saya mendapat pelajaran dari kejadian-kejadian itu, bahwa jika motor tidak bisa nyala, maka cek; bensin, busi, kunci rahasia. Saya juga akhirnya ter-ajar-kan bahwa sehemat-hematnya bensin motor, saya tetap harus mengisi bensin secara rutin untuk jaga-jaga. Dan saya pun sadar saat itu, tidak ada kesialan, kecuali saya yang menganggapnya sesuatu yang sial, padahal sebenarnya bukan, coz it would never be. Kesialan itu tidak ada dan tidak akan pernah ada. Semua tergantung dari cara kita memandangnya.

Dan hari ini, saya menelepon Suzuki. Motor saya dibawa, diperbaiki, gratis, dan sekarang sudah bisa saya pakai kembali.

Syukurku pada-Mu ya Allah…

Jogjaku Bersih


Bismillahirrahmaanirrahiim.

In the name of Allah; the most gracious, the most merciful.

Jogjaku Bersih.

Slogan ini pertama kali saya lihat di Stasiun Tugu, Jogjakarta. Slogan ringan, pendek, tapi sangat-sangat impressive bagi saya selaku pendatang baru di kota terkenal ini. Jogjaku Bersih. Pemilihan kata yang menurut saya amat cantik dan apik. Instead of using D.I. Yogyakarta, dipilihlah kata Jogja. Dengan embel “KU” di belakangnya, membuncahkan sense of belonging yang manis. Dan diantara sejuta kata sifat lainnya, bersih-lah yang dipilih. Oh oh.. Saya jatuh cinta. Ya, saya jatuh cinta melihat slogan ini. Walaupun jejeran slogan ini berada tepat di bawah jejeran iklan rokok lainnya, benda yang sangat–sangat tidak saya sukai, slogan ini tetap saja langsung ‘nyangkut’ di hati saya, karena yaah seperti yang saya katakan tadi; so impressive. Saya besar di Depok, yang dulunya masih bagian Bogor. Slogan Bogor (yang saya ketahui) waktu itu adalah “Bogor Tegar Beriman”. Kalimat yang bermakna dalam dan secara sastra juga ‘pas’. Tapi entah mengapa bagi saya “Jogjaku Bersih” terdengar lebih bermakna, atau lebih tepatnya.. lebih mengena.

Mungkin slogan itu juga ‘mengena’ di hati para pengguna Stasiun Tugu, sehingga stasiun itu terjaga kebersihannya. Informasi bagi Anda, wahai orang Depok yang belum mampir ke Jogja (^^).. Stasiun itu sangat bersih bila dibandingkan dengan Stasiun Depok Baru. Sungguh, berbeda jauh. Dan saya sangat menikmati keadaan stasiun yang seperti itu. Keadaan yang tidak membuat kita menutup hidung kebauan, takut kotor, takut kecopetan, dan takut-takut yang lain. Tidak. Bahkan jika saya harus duduk di lantainya pun saya tidak merasa jijik (term and condition applied). Satu hal yang juga sangat menyenangkan dari Stasiun Tugu adalah ketepatan waktu berangkatnya kereta. Pengalaman saya pergi ke Stasiun Solo Balapan dari Stasiun Tugu, untuk mengunjungi teman saya yang mau SPMB kala itu, Khrisnavidya Retno Amurwani. Waktu itu kereta dijadwalkan berangkat jam 10:00, dan suatu hal yang menakjubkan bagi saya sebagai orang Depok, kereta itu tiba jam 09:40. Duapuluh menit sebelum jadwal. Dan yang lebih menakjubkan lagi, kereta itu menunggu hingga tepat jam 10:00 hingga akhirnya berangkat. Oh my God. Betapa bangganya saya ketika itu, sungguh. Ini Jogja, ini Indonesia, dan ini yang namanya tepat waktu. Ini benar. Ini terjadi di Indonesia. Ya! Sungguh tidaklah mustahil untuk mewujudkan Indonesia yang tepat waktu. Saya percaya adanya kebiasaan tertentu yang tak bisa diubah, tapi saya juga percaya bahwa kemustahilan itu tiada artinya, dan saya percaya bahwa perubahan besar mungkin terjadi jika dan hanya jika kita benar-benar mengusahakannya, dan tentu saja jika Dia meridhainya.

Jogjaku bersih, menuju Indonesia yang bersih..

Minggu, 25 November 2007

22 november 2007.

Bismillahirrahmaanirrahim.

In the name of Allah; the most gracious, the most merciful.

Tepat setahun kakek anin berpulang, menghadap Allah, sang pemilik segala. Kangen kakek sungguh. Kek, sekarang anin udah kuliah, di Jogja. Jauh dari bapak, mama, nenek, jauh dari rumah. Kek, anin kangen kakek... Kakek yang kuat, tapi selalu manjain kita. Kakek yang keras, tapi terus senyum walaupun kita ngelakuin kesalahan. Kek, sungguh anin inget hari-hari itu. Hari-hari dimana kakek masih ada di sini. Waktu kita masih kecil, kita main ke rumah kakek.. Tapi selalu aja ngerengek buat cepet pulang, Cuma buat nonton tv. Padahal di rumah kakek juga ada tv, padahal kakek-nenek bilang “kok cepet banget pulangnya? Nanti ajalah..” Tapi tetep,, kita merengek pulang. Sungguh kek, anin menangisi hari-hari itu. Hari yang seharusnya anin bisa lebih lama lagi bersama kakek.. Kek, anin sayang kakek sangat.

Anin kangen sama kakek,, walaupun saat-saat terakhir anin bisa ketemu kakek, kakek udah ga inget sama anin, sama kita-kita. Kanker itu udah gerogotin tulang belakang, paru, sampe akhirnya otak kakek. Anin sayang kakek. Anin inget ramadhan itu, ramadhan terakhir kakek ada di deket kita. Ramadhan, yang seharusnya kita biasa makan pempek pas buka bareng di rumah kakek, tapi kakek malah harus stay di rumah sakit, ngeraung, kesakitan. Hari terakhir dari ramadhan terakhir kita bareng, waktu malam takbiran itu, kakek kita bawa pulang biar bisa lebaran di rumah.. Di komplek timah blok CC no. 4 itu kek, di lantai bawah, setelah semua infus kepasang, pas ambulans siap balik,, tiba-tiba kakek kejang. Ga, anin ga pernah ngeliat orang kejang. Kakek keliatannya sakiit banget. Kami pun merasakan sakit itu kek. Tapi kami bisa apa? Cuma bisa nangis, ga bisa ngelakuin apa-apa lagi. Sungguh, kami telah ikhlas kalo kakek dipanggil-Nya saat itu. Kami sedih, kami ga mau ngeliat kakek sakit kayak gitu. Sayang kakek..

Malam lebaran itu, waktu anin ikut nginep di rscm, anin baru sadar,, bahwa ternyata banyak orang yang ngerasa sakit kayak kakek. Padahal besok lebaran.. Padahal besok lebaran. Malam lebaran yang biasanya dilewatin dengan bahagia di rumah, bareng keluarga. Tapi malam itu, anin sadar, it IS the real life. Ada yang ketembak, ada yang mukanya kena pemukul baseball, dan ada banyak orang-orang lain yang juga harus nginep, kesakitan, kayak kakek. Dan ada dokter jaga, dengan sendal jepitnya itu, yang ga tidur, ngabisin malam lebaran di rumah sakit dan bukan di rumah bahagia mereka, ngurusin orang yang bahkan ga mereka kenal. Sungguh kek, anin kagum. Anin ingin bisa berkorban dan menolong banyak orang seperti mereka…

Lebaran tahun lalu pun jadi lebaran pertama anin di rumah sakit. Waktu wajah kakek keliatan lebih cerah, banyak orang yang dateng, walaupun kakek pun ga inget itu siapa. Waktu kakek bilang, kalo sakitnya udah berkurang, walaupun sebenernya itu karena dosis morfin yang ditambah, kek. Ya, lebaran pertama anin di rumah sakit itu jadi lebaran terakhir anin sama kakek..

Karena hari itu tiba. Hari Rabu, 22 November 2006. Jam pelajaran kimia, jam pelajarannya bu desry. Jam-jam keramat buat ngantuk, ngobrol,apalagi ngangkat hp. Tp waktu itu anin nekat angkat hp.. ngejawab telepon dari rumah. Kabar itu kek, kabar kalo kakek udah ga kesakitan lagi. Kabar kalo kakek udah dipanggil sama Allah. Kabar kalo kita ga bakal punya ramadhan dan lebaran lagi sama kakek.. Betapa anin kehilangan. Betapa kami kehilangan.. Sungguh.

Sekarang udah tepat setahun kakek ga ada. Kek, anin kangen sama kakek. Nenek juga pasti kangen banget sama kakek..

Kakek, disana gimana? Bahagia kan? Bahagia, ya kek. Moga sakitnya kakek yang bahkan ga bisa dihapus morfin waktu dulu itu ngegugurin dosa-dosa kakek.. Dan bikin kakek bahagia sekarang,, disana.

Semoga nanti, pas udah saatnya anin nyusul kakek.. Anin bisa bahagia. Anin udah ngebantu orang banyak orang, anin udah ngebahagiain mama bapak, dan anin udah bener-bener siap menghadap-Nya,, menghadap pencipta kakek, anin, dan semua, Allah subhanahuwata’ala. Amiin.

Allah, kumpulkanlah kami semua di syurga-Mu.

Kabulkanlah ya Allah..

Kabulkanlah ya Allah..

Kabulkanlah ya Allah..

22 November 2007, tepat satu tahun setelah kakek tersayang terbaring kaku ke kanan, menghadap kiblat, mencium tanah.. ý

* Terimakasih anin yang sangat untuk Annissa Milki Azizah, yang sudah menegarkan anin sejak kakek sakit hingga kakek berpulang, bahkan hingga sekarang. Terimakasih pula kepada ibundanya, yang sungguh hebat menjalani setiap peran dalam kehidupan beliau. Berkahilah mereka, ya Allah. Amiin.

Senin, 19 November 2007

Kasih Ibu..















kepada beta tak terhingga sepanjang masa..

foto iseng di stasiun tugu jogja sm solobalapan *sori fotonya gelap*, mengabadikan kasihnya yg memang tak terhingga sepanjang masa.

aih. jadi makin cinta.. hwehe,, ma, anin sayang mama.

No Place Like Home.

Bismillahirrahmaanirrahim.

In the name of Allah; the most gracious, the most merciful.

My family is big *well,, it may be too big for some people*. Bapak (called pak), mama (called mama, ma, mambri, or mummy *read: mU-mi*) 2 sisters (called mbak or mbak mita n dita or (almost never) kak dita :P), 2 lil’ sisters (called uti n tsasa), n 1 lil’ bro (called dek or adek salman). And that’s why we always have our super-supreme sliced to eight parts. It is a big, nice, great, milk-drunk, TV-centered, odd, funny (or ridiculous?), boring (sometimes), a bit lazy, and so hectic, but IS the best fam ever (for me) *coz I’m sure u have ur own best fam*. Miss u guys a lot.

No place like home. And for me there’s no place like komplek timah blok CC nomer empat. I notice that, right after I got here, in Jogja. I miss my family and home so often and I probably may be 100% sure that u, all “anak kosan”, have that feeling also. Remembering how u feel so comfort *sometimes no matter how untidy ur home is* and problem-free; no need to think about what to eat today or how much money u still have for next several weeks, and can get something u want (more) easily. Or how u can talk with them till night, to borrow their things, to shout each other, to eat, watch TV, laugh, do shalat, and read quran together, or anything “together”.

To be away from home, I do feel something has—somehow—missed. I always want to go back to Depok, I always miss my home and my family… Though I do remember how happy I was when I got the sms, which told that I accepted in GMU SM here. I do remember that, that time, I was so excited, so proud, and so happy. There was nothing crossed in my mind how hard it would be to live away from home. And I know now, it IS hard.

I even have once regretted my being here *O God, please forgive me*. But when I think about it and take a step back, I realize how this new life has changed me. How happy I am when get every single care they give, how I love them more, how I pray for them more, and how I become more and more grateful to have them. Ya, there should be no regret to be here. No matter how annoying my schedule is, no matter how short my holiday is, no matter how bad I miss to be home. Coz this is my dream, this is my hope, this is my life I have to go through, and this IS what Allah had chosen for me. I’m here for something I pursue and yes, I’m on MY way now. I know, Allah loves me a lot that He gives me my beloved family. And I’m sure, that I can be happy and problem-free, is just because of Him. Coz He’s always be near, never away.

Bismillah

Bismillahirrahmaanirrahim.

In the name of Allah; the most gracious, the most merciful.

Assalamualaikum.

Akhirnya, setelah sekian lama plin-plan bikin blog apa ngga, blog it’s my spot ni jadi published jg. Kenapa it’s my spot? Ya karena ini only-my and my-only spot,, yaah begitulah kira2. Jadi apa yg dipost disini ya suka2 yg punya. Mulai dr bahasa yg dipake, apa dan gimana ngebahas yg mo dibahas, cerita yang mo di-share, sampe judul posting-annya apa jg ya terserah yg punya,, gt. Tapii.. saran, kritik, comment, dkk-nya ya pastinya dibutuhin laa supaya blog ini hidup..

Kalo nantinya di blog ini ada hal2 yg ga sesuai cara berpikir situ, ya gapapa. Mari di-share-kan.. Kalo nantinya di blog ini ada hal2 yg menyakitkan, ya tolong diingatkan. Karena kita kan sesama manusia pasti bisa salah dan (harusnya) bisa saling memaafkan. Saya, pribadi, sadar ga mungkin bisa menyenangkan hati semua orang, tapi saya ga mau menyakiti hati seorang pun. Jadii.. Maaf sebelumnya ya.

Eia, biasanya kan yg baru2 *kayak peresmian gedung baru gituh* didoain dulu. Maka, mari kita mulai peresmian official blog of anindya ini dengan berdoa.. Hehe. Semoga blog ini bisa bermanfaat bagi yg menulis dan yg membacanya, tidak melalaikan orang yg menulis dan yg membacanya, dan bisa mendatangkan kebaikan bagi yg menulis dan yg membacanya, yaitu saya dan anda. Amiin..