Pages

Kamis, 22 Desember 2011

Supermom

 This picture was made by my sister, Uti. Sweet, isn't it?

Happy mother's day, Indonesians! :)

related post: Ibuku.

Rabu, 21 Desember 2011

Setia.

Bismillahirrahmanirrahiim.

Maybe I'm too young for this kind of stuff. But please read this adrian's post. You won't regret.

------------------------------------------------------------------------------------------------


Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.

Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya– karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing– Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:

“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang.

“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.

Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” Sambil menangis

” Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.

------------------------------------------------------------------------------------------------


Orang bilang, ujian seorang wanita adalah saat susah, dan ujian seorang laki-laki justru saat senangnya, saat di puncak karirnya. Makanya banyak istri yang ninggalin suaminya karena ga kuat miskin, dan banyak suami yang mulai punya simpenan saat mereka sukses. That's what people say, I don't have a clue. Tapi kalau itu benar,
di mata saya, Pak Suyatno udah lulus ujian dengan nilai A+.

Bagi saya, setia itu artinya luar biasa.

Saya ingat nasehat Ustadz Ihsan Tanjung di pernikahan kakak saya 1 tahun yang lalu. Tentang mawaddah wa rahmah-- cinta dan kasih sayang. Beliau bilang, di awal pernikahan pasti unsur mawaddah-nya yang dominan. Tapi begitu usia pernikahan semakin tua, mawaddah bisa berkurang, dan rahmah itu yang harusnya datang, membantu menopang. Sehingga yang terjadi adalah... Keberkahan.

Beliau bilang, adalah tidak mungkin untuk pasangan selalu bahagia selama-lamanya. Dan saya langsung tertohok luar dalam atas bawah kiri kanan karena statement itu, karena doa saya kala itu untuk kakak saya adalah exactly the-ever-after-happiness, yang ternyata ga mungkin. Yang mungkin adalah kita berdoa untuk keberkahan di dalam keluarga kita, di kala senang atau susah. For better for worse.

Dan kenapa tiba-tiba saya posting ini? Karena ada cerita yang mirip sama cerita di atas. Waktu saya jaga di bangsal saraf kemarin, ada pasien baru, perempuan 24 tahun, baru melahirkan 1,5 bulan yang lalu. Dan tiba-tiba seminggu yang lalu, beliau lumpuh, tangan kaki, ga bisa digerakin sama sekali, bahkan tonusnya ga ada. Suaminya disana ikut nunggu, dengan pandangan bingung-harap2-cemas setiap dokter dateng follow up kesana.

Life's unpredictable. I told you that for me, my patients are the best teacher. Mereka adalah pengingat nyata dari Allah, tentang satu hal yang diulang-ulang 31 kali dalam surat-Nya. Satu hal yang masih sering saya lupakan..



"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
(QS. Ar-Rahman: 13)

Senin, 19 Desember 2011

Passion. Interest.

Bismillahirrahmanirrahim.

I think a lot about passion these days, inspired by my talita’s blog. She clearly wants to be an entrepreneur and writer, and yes she is officially a writer now. Entrepreneur? Just about time :)

Then, these questions pop in my head. What is my passion? Do I even have one? All I know is I’m no good at something. Do sports? Nope. Music? Enjoy it, can’t play it. Write? Errr.. Sing? Brrpph. Sorry, can’t help my voice :p

Just yesterday, I found it! It’s not really a passion actually, it is more likely an interest. Well anyway, let me just spill it out! :D

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

#1 SEWING.
Yes. I would looove to learn sewing. And I will be uber happy if i really can do it :D I don’t think of a sophisticated one, just simple practices. Ah, I think sewing is just nice! And it brings back memories of my childhood too. I can’t sew, at all. But I think I can catch up :)

#2 COOKING.
I can cook some food, please trust me. Macaroni schotel, lasagna, carbonara, bolognese, cream soup, pempek, tekwan. Those are my family’s simple recipes, so I’m a bit confidence. But when it comes to daily menu, I’m sucks. I don’t even know what spices are there in cah kangkung. Haha.. But I love to cook! A pretty kitchen can always make me smile. Hope I can have one :) 

#3 FOREIGN LANGUAGE.
I know so little about foreign language. Practically I’m not fluent in any language but bahasa. As you can see grammar errors here and there. And it comes worse when I speak. I once learned basic arabics in junior high, but it was gone as i never use it. I still can’t speak Javanese, despite the fact that I’ve been living in Jogja for 4+ years until now. I’m so doomed. So, I plan to get my master degree somewhere overseas that will force me to master one or two foreign languages. Yay!
(Is this really an interest? I don’t think interest is something that need to be forced. Haha..)


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Apparently, I'm so girly *sigh*

So, what’s your passion? Have you found it?

Sabtu, 03 Desember 2011

Monolog #1

Bismillahirrahmanirrahiim.

 

Hei, ini bukan akhir dunia..
Tapi sakitku menular!
Apalagi sakitmu, yang bisa sembuh sempurna dengan hanya obat
Tapi obat sakitku itu empat jenisnya! Empat!
Obat-obatanmu itu pun diberikan cuma-cuma, tanpa harga.
Tapi enam bulan, bayangkan! Selama enam bulan aku harus
meminumnya, setiap hari!
Dan dengan izin-Nya, setelah 6 bulan pengobatan, sakitmu akan hilang.
Ya tapi.. Mengapa harus aku?
Mengapa bukan engkau, sayang?
....
Percayalah, tiada suatu apapun yang terjadi padamu, yang tidak diketahui-Nya. Tiada suatu apapun, yang bukan merupakan kehendak-Nya. Semua, susah ataupun senang. Begitu pula sakitmu itu. Jika itu bisa menggugurkan dosamu, mengangkat derajatmu, dan mendekatkanmu kembali pada-Nya, bukankah tidak pantas untukmu terus mengeluh? Bersabarlah. 

            Ya, aku seharusnya mengerti. Tapi dadaku sesak sekali. Air mata
            ini pun terus jatuh..

Dan ketika kau tidak lagi memiliki sesiapa untuk membagi bebanmu, bukankah Dia selalu bersedia? Datanglah pada-Nya setiap sepertiga malam terakhirmu. Adukan duka dan syukurmu pada tiap shalat fardu. Jangan kau lalaikan lagi. Jangan.. Bukankah nikmat-Nya untukmu begitu melimpah?